
Tentang Sulli dan Bahayanya Penyakit Depresi
oleh: inggil Life Style Tuesday, 15 October 2019 11:00 a.m.
Kabar meninggalnya salah satu idol K-Pop, Sulli menjadi pengingat bagi kita semua akan bahayanya depresi. Dilansir dari Koreabo, perempuan 25 tahun ini ditemukan tak bernyawa di apartemennya di daerah Seongnam pada Senin. 14 Oktober 2019, pukul 15.30 waktu Korea Selatan.
Penyebab meninggalnya mantan personel girlband F(X) sendiri dikarenakan bunuh diri. Seperti yang diberitakan banyak media, sudah sejak lama Sulli berjuang melawan pelecahan online. Banyak para netizen yang memberi komentar pedas tiap kali Suli mengunggah foto pada akun Instagramnya. Mulai dari kondisi tubuhnya yang dibilang gemuk, gaya berpacaran, hingga cara Suli berpakaian seakan-akan selalu salah di mata netizen.
Tak ingin melawan dengan cara melaporkannya ke polisi, Suli justru selalu berusaha untuk selalu tegar dan bijak. Bahkan pada sebuah rekaman live Sulli di Instagram terlihat dirinya tak kuasa menahan air mata, ia berkata “Saya bukan orang jahat, katakan satu hal saja tentang saya yang baik karena saya pantas menerimanya.”

Kasus bunuh diri karena depresi sendiri sudah banyak sering terjadi. Di Indonesia, pada September 2019 lalu, ditemukan seorang mahasiswa S2 ITB, Muhtar Amin yang meninggal karena gantung diri. Muhtar. Di tempat kejadian pula terdapat catatan berupa “Sorry everyone, I just can’t take it anymore.”
Penyakit depresi memang lah bahaya, seringkali penyakit ini dianggap enteng oleh masyarakat. Bahkan, beberapa orang yang terkena penyakit depresi banyak mengakhiri nyawanya dengan melakukan bunuh diri.
Dilansir Kompas, sebanyak 80-90 persen kejadian bunuh diri diakibatkan oleh gangguan mental terutama depresi. Riset Kesehatan Dasar Kemenkes 2018 mencatat, angka prevalensi depresi di Indonesia untuk kelompok usia lebih dari 15 tahun sebesar 6,1 persen atau 11.315.500 orang.
Lanjutnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan secara global lebih dari 800.000 orang meninggal setiap tahunnya atau sekitar 1 orang setiap 40 detik akibat bunuh diri. Tingkat prevalensi angka bunuh diri sendiri kebanyakan dari negara maju. Tercatat tiga negara terbesar akan kasus bunuh diri per 100.000 populasi, yakni Guyana, Sri Lanka, dan Korea Selatan.
Depresi sendiri merupakan penyakit mental dengan ditandai perasaan emosional sedih. Banyak orang menutup diri saat terkena depresi, mereka berpura-pura untuk tegar, tersenyum dihadapan teman-temannya meski nyatanya kesedihan menyelimuti dirinya.

Istilah medis untuk depresi yaitu “depressive disorder,” atau “clinical depression”. Penyebab Depresi sendiri berbagai macam, biasanya dikarenakan faktor lingkungan. Mulai dari teman di sekolah, rekan kerja kantor, pasangan, hingga masyarakat luas.
Penyakit depresi tidak memandang usia, semua kalangan dari muda hingga tua bisa terkena depresi. Bahkan, di Indonesia kebanyakan anak remaja di bawah 20 tahun melakukan bunuh diri karena depresi. Tak ayal, penyakit satu ini menjadi yang paling menakutkan setara dengan kanker.
Ada dua metode utama untuk pengobatan depresi, yakni Psikoterapi dan Terapi obat.

Dikenal dengan istilah cognitive behavioral therapy (CBT), teknik psikoterapi sering digunakan untuk sesorang yang mengalami depresi ringan dan menjalani pengobatan. Psikoterapi dirancang untuk membantu pasien mengontrol suasana hari. Dengan begitu dapat memperbaiki pola piker negatif.
Menggunakan terapi obat biasanya digunakan untuk depresi sedang dan berat. Namun, obat ini tidak direkomendasikan untuk anak-anak. Dokter yang menangani nantinya akan memberi resep obat yang sesuai dengan kebutuhan, keberhasilan, atau kegagalan pengobatan sebelumnya. Efek samping yang dapat terjadi karena terapi ini seperti overdosis.
Banyaknya stigma negatif masyarakat terhadap penyakit depresi membuat para pengidap ini enggan untuk bercerita. Mereka selalu berpura-pura menjadi orang lain di lingkungannya yang mencoba tegar namun perasaan selalu gusar. Tak ayal kesendirian selalu menjadi apa yang diinginkan oleh para pengidapnya.

Oleh karena itu jika ada teman, saudara, rekan kerja yang dilihat sedang tidak baik-baik saja alangkah baiknya untuk bertanya dan menawarkan bantuan. Tidak besar, sekadar teman berbincang mendengarkan keluh kesahnya pun sudah menjadi obat bagi mereka para pengidap penyakit depresi. Setidaknya menjadi selalu ada dan membawa ketenangan.
Share To

inggil
Oct. 15, 2019, 11 a.m.
Berita terpopuler
ARTIKEL TERKAIT LAINNYA

East Ventures Bersama Kemenkes RI Luncurkan White Paper Soal Genomik
269 3 weeks, 6 days ago
White paper ini hadir untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang bagaimana genomik dapat memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia.

Mitsubishi Fuso Targetkan Raih Market Share 45 Persen di 2023, Begini Strateginya
48 2 weeks, 6 days ago
Sejumlah strategi dalam mencapai target tersebut pun telah disiapkan. Mitsubishi Fuso akan memberikan dukungan terbaiknya kepada konsumen di setiap fase kepepemilikan.

Weddingku dan Dyandra Promosindo Kembali Helat IDWF 2023
33 6 days, 4 hours ago
IDWF 2023 mengambil konsep pernikahan elegan dan juga penggabungan warna yang hangat dan terang dan menghasilkan hasil yang elegan.
YOU MAY ALSO LIKE
Entertainment 27 March 2023 15:00 p.m.
Tiket.com Jadi Exclusive Partner Tiket Konser SUGA
Technology 27 March 2023 13:00 p.m.
Siap Rilis! Huawei Watch Buds Tawarkan inovasi TWS dalam Smartwatch
Technology 14 March 2023 11:00 a.m.
Platform Telehealth Medigo Hadir Bantu Temukan Apotek Berlisensi
Entertainment 10 March 2023 11:00 a.m.