
Siniar Salihara: Melihat Polemik Kebudayaan dan Sastra 1950-1980
oleh: rachli Mancave Monday, 11 July 2022 16:00 p.m.
Mancode - Bicara soal sastra memang tidak akan ada habisnya. Banyak dari sekian jumlah karya sastra dari masa ke masa yang menarik untuk dibahas. Seperti yang dilakukan oleh Komunitas Salihara melalui program terbarunya, Ngomong-Ngomong Soal, mencoba untuk mengulas sejumlah karya sastra.
Program yang merupakan bagian dari Siniar Salihara ini mengulas sastra kontekstual dari Ariel Heryanto. Ariel Heryanto mencetuskan satra kontekstual untuk sastra yang berbicara mengenai kondisi sosial yang ada, hasil merespon pernyataan Arief Budiman dalam Sarasehan Kesenian 1984.
“Perlunya Indonesia punya sastra yang berpijak ke bumi, tidak kebarat-baratan dan memang berbcara tentang kondisi sosial yang memang ada ada di sekitar kondisi sastra itu,” kata dosen Sastra dan Cultural Studies Universitas Indonesia, yang juga mengutip pernyataan Arief Budiman.
Sastra kontekstual sejatinya merupakan bentuk kritik Arief Budiman terhadap karya-karya sastra yang lahir di era tersebut. Meskipun tidak dijabarkan secara detail seperti apa contoh sastra kontekstual dan karya siapa yang dikritik oleh Arief dalam acara tersebut, Manneke Budiman menjelaskan bahwa kritik tersebut ditujukan kepada para sastrawan yang hadir pada acara tersebut.
“Kedua orang itu (Arief Budiman dan Ariel Heryanto) di dalam forum Sarasehan Kesenian tampaknya secara sengaja tidak menyebut karya atau pengarang tertentu. Karena yang ditembak ada di situ semua seperti Budi Darma, Umar Kayam, Sapardi Djoko Damono,” lanjutnya.
Sebelum mendengarkan paparan mengenai polemik Sastra Kontekstual, pendengar juga bisa mengikuti diskusi di episode-episode sebelumnya seperti episode Kritik Sastra: Ilmu atau Seni? yang membahas mengenai wacana penulisan kritik di akhir 1960-an hingga awal 1980 yang begitu terkenal dan ramai dibicarakan oleh kalangan sastrawan yaitu pandangan kritik Aliran Ganzheit dan Aliran Rawamangun.
Keduanya tentu memberikan pengaruh bagi perkembangan penelitian sastra dan penulisan sastra di Indonesia. Diskusi ini menghadirkan Arif Bagus Prasetyo, seorang penulis, penerjemah dan kurator seni rupa.
Bila ingin mendalami mengenai polemik yang terjadi antara Lekra, sebuah lembaga kesenian bersayap kiri, dan Manifes Kebudayaan dari 1950-1960-an, bisa mendengarkan episode Polemik Kebudayaan: Belok Kiri, Turun Ke Bawah bersama dengan Zen Hae, seorang penulis, penyair, dan kritikus sastra.
Dalam diskusi kali ini, kita akan melihat bagaimana perseteruan yang terjadi antara Lekra dan Manifes Kebudayaan dan siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya.
Diskusi-diskusi lengkap tersebut dapat didengar melalui Siniar Salihara di Spotify, Apple Podcast dan aplikasi NOICE, serta dapat ditonton di kanal YouTube Komunitas Salihara. Ngomong-Ngomong Soal akan selalu hadir dengan episode terbaru setiap Senin.
Share To

rachli
July 11, 2022, 4 p.m.
Berita terpopuler
ARTIKEL TERKAIT LAINNYA

10 Musisi Pendatang Baru Siap tampil di Evoria Festival 2023
65 2 weeks, 6 days ago
Evoria Music & Conference Festival akan hadir akhir pekan ini (11-12 Maret 2023)

Menilik Keunggulan Hyundai CRETA Dynamic Black Edition
64 3 weeks, 3 days ago
Hyundai CRETA Dynamic Black Edition hadir menjadi pilihan bagi masyarakat Indonesia yang menginginkan mobil dengan karakter kuat.

Para Tokoh Hadiri Soft Launching Nexus Ecosys Asia
63 2 weeks, 3 days ago
PT. Nexus Ecosys Asia adalah perusahaan ekspansi dari MHNexus Malaysia yang bergerak di bidang IT untuk database kesehatan masyarakat
YOU MAY ALSO LIKE
Entertainment 29 March 2023 10:00 a.m.
Soundrenaline 2023 Siap Digelar, Catat Tanggal!
Life Style 29 March 2023 7:00 a.m.
Ini Daya Tarik Mitsubishi Colt L300 Laris Manis di Indonesia
Entertainment 22 March 2023 10:00 a.m.
Hammersonic 2023 Catatkan Prestasi Emas di Industri Musik Indonesia
Entertainment 20 March 2023 11:00 a.m.