
Siniar Komunitas Salihara Hadirkan Segmen Baru Bahas Perkembangan Sastra dan Seni
oleh: rachli Mancave Monday, 13 June 2022 12:00 p.m.
Mancode - Sampai saat ini, dapat dikatakan dunia sastra dan seni masih terjadi silang pendapat. Hal ini kemudian memicu timbulnya polemik, yang tidak hanya membicarakan persoalan baik dan buruk. Melalui polemik, dapa dilihat paradigma, gagasan, atau wacana yang lahir dari pemikiran yang saling silang pendapat.
Melalui kacamata sejarah, polemik bisa dilihat sebagai medium pembelajaran yang lebih detail. Selain mengamati inti masalah, juga bisa melihat kondisi yang terjadi saat itu, baik terhadap respon tokoh atau pengamat sekitar, atau fenomena yang terjadi akibat polemik tersebut.
Dipandu Manajer Galeri Komunitas Salihara, Ibrahim Soetomo, Komunitas Salihara mengajak pendengar Siniar Salihara untuk bersama melihat jauh ke belakang tentang hal-hal yang membentuk pemikiran sastra dan seni masa kini.
Segmen “Ngomong-Ngomong Soal”, merupakan segmen terbaru dari Siniar Salihara yang sudah banyak dikenal melalui segmen sebelumnya, yaitu “Stay A(r)t Home Talks”.
Dalam episode perdananya, Ibam begitu akrab disapa, ditemani Nirwan Dewanto, seorang penulis, kurator, dan Direktur Program Komunitas Salihara untuk membahas “Polemik Kebudayaan: Barat Kena, Timur Kena”.
Tema tersebut mengupas mengenai polemik antara Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane yang dipicu oleh tulisan Sutan Takdir Alisjahbana di majalah sastra Poedjangga Baroe (1935).
“Sutan mengatakan bahwa kesadaran bangsa itu adanya di awal abad 20, sebelum itu tidak ada. Yang ada adalah katakan saja upaya-upaya atau perjuangan melawan kolonialisme untuk kepentingan kelompok atau wilayah masing-masing,” ujar Nirwan Dewanto perihal tulisan Sutan Takdir Alisjahbana.
Sutan Takdir mengesampingkan kesadaran nasionalisme yang terjadi di abad 19 ke belakang (pra-Indonesia), karena baik perjuangan dan kebudayaan yang terjadi pada saat itu bukanlah bagian dalam menciptakan Indonesia baru.
Hal tersebut melainkan bentuk kesadaran yang ditujuakan untuk kepentingan kelompok atau wilayah masing-masing. Dalam tulisannya, Sutan Takdir menjadikan barat sebagai ancuan dalam menciptakan kebudayaan Indonesia yang baru.
Pernyataan tersebut mendapat tanggapan dari Sanusi Pane dan tokoh lainnya. bagi mereka kebudayaan pra-Indonesia yang terpengaruh oleh timur masih merupakan bentuk dari Indonesia itu sendiri dan tidak dapat dikesampingkan. Sanusi Pane membalas pernyataan Sutan Takdir Alisjahbana melalui sebuah esai, baginya zaman sekarang ialah kelanjutan dari zaman sebelumnya.
Diskusi lengkap ini dapat didengar melalui Siniar Salihara di Spotify, Apple Podcast, dan aplikasi NOICE, serta dapat ditonton di kanal YouTube Komunitas Salihara. “Ngomong-Ngomong Soal” akan selalu hadir dengan episode terbaru setiap Senin.
Share To

rachli
June 13, 2022, noon
Berita terpopuler
ARTIKEL TERKAIT LAINNYA

Jakarta Concert Week 2023 Siap Digelar
102 3 weeks, 1 day ago
Jakarta Concert Week 2023 mengusung kolaborasi spektakuler yang dikonsepkan untuk memenuhi kebutuhan hiburan dan gaya hidup yang sejalan dengan pecinta otomotif di Indonesia.

10 Musisi Pendatang Baru Siap tampil di Evoria Festival 2023
65 2 weeks, 6 days ago
Evoria Music & Conference Festival akan hadir akhir pekan ini (11-12 Maret 2023)

Menilik Keunggulan Hyundai CRETA Dynamic Black Edition
64 3 weeks, 3 days ago
Hyundai CRETA Dynamic Black Edition hadir menjadi pilihan bagi masyarakat Indonesia yang menginginkan mobil dengan karakter kuat.
YOU MAY ALSO LIKE
Technology 29 March 2023 11:00 a.m.
Social Bread Hadir Bantu Pemanfaatan Media Sosial Bagi UKM
Life Style 27 March 2023 14:00 p.m.
Hyundai Gelar Kompetisi CINTA Hyundai, Tingkatkan Pengalaman Konsumen
Travel 25 March 2023 11:00 a.m.
Pranaya Boutique Hotel Hadirkan Menu Buka Puasa Spesial
Entertainment 10 March 2023 20:00 p.m.