
Seuntai Kisah Perjalanan Gus Dur
oleh: inggil History Tuesday, 7 September 2021 12:00 p.m.
Mancode - Tepat hari ini 7 September 2021, Kyai Haji Abdurrahman Wahid atau biasa dikenal dengan Gus Dur berulang tahun ke-81. Semasa hidupnya, Gus Dur adalah salah satu tokoh nasional yang banyak mewarnai perjalanan bangsa Indonesia. Cucu ulama besar KH Hasyim Asy'ari tersebut pernah menjabat ketua Nahdlatul Ulama. Gus Dur pula yang mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB pada era Reformasi.
Keluarga dan Pendidikan
Gus Dur merupakan putra pertama dari enam bersaudara, lahir di Denanyar, Jombang, Jawa Timur 7 September 1940. Beliau mempunyai keturunan darah biru dari ayahnya KH Wahid Hasyim adalah putra KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU dan pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Hj Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, KH Bisri Syansuri. Kakek dari pihak ibunya ini juga merupakan tokoh NU, yang menjadi Rais ‘Aam PBNU setelah KH Abdul Wahab Hasbullah.
Perjalanan pendidikan Gus Dur dimulai di Jakarta sejak tahun 1953 dan melanjutkan ke SMEP di Yogyakarta tahun 1956. Kemudian, Gus Dur melanjutkan pendidikan di pesantren Tambakberas Jombang pada tahun 1963. Gus Dur juga sempat mengenyam pendidikan di Universitas Al Azhar, Department of Higher Islamic and Arabic Studies, Kairo dan Fakultas Sastra, Universitas Baghdad, Irak, pada tahun 1970 tetapi tak sempat menyelesaikan.

Sepulang dari pengembaraanya mencari ilmu, Gus Dur kembali ke Jombang dan memilih menjadi guru. Pada tahun 1971, tokoh muda ini bergabung di Fakultas Ushuludin Universitas Tebu Ireng Jombang. Tiga tahun kemudian ia menjadi sekretaris Pesantren Tebu Ireng, dan pada tahun yang sama Gus Dur mulai menjadi penulis.
Djohan Efendi, seorang intelektual terkemuka pada masanya, menilai bahwa Gus Dur adalah seorang pencerna, mencerna semua pemikiran yang dibacanya, kemudian diserap menjadi pemikirannya tersendiri. Sehingga tidak heran jika tulisan-tulisannya jarang menggunakan foot note.
Pada tahun 1974, Gus Dur diminta pamannya, K.H. Yusuf Hasyim untuk membantu di Pesantren Tebu Ireng Jombang dengan menjadi sekretaris. Dari sini, Gus Dur mulai sering mendapatkan undangan menjadi nara sumber pada sejumlah forum diskusi keagamaan dan kepesantrenan, baik di dalam maupun luar negeri.
Panggilan Gus Dur
Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur memiliki nama lengkap Abdurrahman ad-Dakhil. Secara etimologi, ad-Dakhil berarti sang penakluk. Namun dikarenakan nama ad-Dakhil tidak begitu dikenal, maka diganti dengan nama Abdurrahman Wahid. Sebutan Gus Dur dikarenakan lahir di lingkungan pesantren.

Gus adalah kependekan dari kata Bagus yaitu sebutan yang sering diberikan kepada anak seorang kyai sebagai bentuk penghormatan di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang kontroversial dan berdedikasi tinggi terhadap penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) pembela kaum minoritas.
Pembentukan Partai Kebangkitan Bangsa
Jika periode 1970-an Gus Dur banyak berkegiatan di pesantren, pada 1984 ia dipilih secara aklamasi oleh tim ahl hall wa al-`aqdi yang dipimpin oleh KH As`ad Syamsul Arifin untuk menduduki jabatan ketua umum PBNU pada muktamar ke-27 di Situbondo. Jabatan ini diterima Gus Dur selama tiga kali setelah muktamar ke-28 di pesantren Krapyak Yogyakarta (1989), dan muktamar di Cipasung, Jawa Barat (1994).

Setelah reformasi, Juli 1998, Gus Dur menanggapi pendukungnya untuk membuat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia menyadari bahwa partai politik merupakan satu-satunya cara untuk berjuang di dunia politik (pemerintahan). Kala itu Gus Dur menjabat sebagai Dewan Penasehat.
Sejak awal 1999 PKB resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat calon presiden Indonesia. Ketika itu PKB berkoalisi dengan PDIP. Pada 20 Oktober 1999, dalam sidang umum MPR mulai memilih presiden baru, Gus Dur kemudian terpilih sebagai Presiden RI ke-4 dengan 373 suara. Ia unggul 60 suara dari Megawati.
Pejuang Toleransi Antarumat Beragama
Pemikiran Abdurrahman Wahid atau Gus Dur telah memberikan warna tersendiri dalam dinamika intelektual muslim di Indonesia. Bagi sebagian kalangan, ia ditempatkan sebagai intelektual muslim progresive, kritis, bahkan terkesan paradoks, inkonsisten, banyak mengundang kontroversi, namun menjadi inspirator bagi banyak intelektual muda, terutama NU.
Pemikiran dan tindakan Abdurrahman Wahid bukan muncul dalam ruang kosong, tetapi terlahir dan dibesarkan dari proses dialektik dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya.

Gus Dur merupakan tokoh yang sangat gigih dalam memperjuangkan toleransi beragama dalam masyarakat majemuk. Baginya, toleransi bukan persoalan epistemologi sehingga membutuhkan definisi, tetapi aksiologi dari konsep-konsep yang bersifat normatif dalam Islam. Ia hadir bersamaan dengan topik pembahasan pluralisme.
Jika pluralisme membicarakan soal bagaimana realitas kemajemukan agama dapat diterima, maka toleransi adalah lebih menekankan bagaimana berperilaku dalam kemajemukan tersebut.
Share To

inggil
Sept. 7, 2021, noon
Berita terpopuler
ARTIKEL TERKAIT LAINNYA

Jakarta Concert Week 2023 Siap Digelar
102 2 weeks, 6 days ago
Jakarta Concert Week 2023 mengusung kolaborasi spektakuler yang dikonsepkan untuk memenuhi kebutuhan hiburan dan gaya hidup yang sejalan dengan pecinta otomotif di Indonesia.

Slipknot Siap Guncang Hammersonic 2023
66 3 weeks, 1 day ago
Hammersonic 2023 dipastikan terselenggara pada 18 dan 19 Maret 2023 di Carnaval, Ancol, Jakarta, dan sebanyak 53 pengisi line up telah diumumkan.

10 Musisi Pendatang Baru Siap tampil di Evoria Festival 2023
62 2 weeks, 4 days ago
Evoria Music & Conference Festival akan hadir akhir pekan ini (11-12 Maret 2023)
YOU MAY ALSO LIKE
Life Style 22 March 2023 11:00 a.m.
Weddingku dan Dyandra Promosindo Kembali Helat IDWF 2023
Technology 14 March 2023 11:00 a.m.
Platform Telehealth Medigo Hadir Bantu Temukan Apotek Berlisensi
Life Style 7 March 2023 9:00 a.m.
Menilik Keunggulan Hyundai CRETA Dynamic Black Edition
Life Style 4 March 2023 11:00 a.m.