Berita hoaks.jpg

Selektif dalam Memilih Informasi di Ruang Digital

oleh: galih Technology Friday, 8 April 2022 8:00 a.m.


Mancode - Perkembangan dunia digital di Indonesia membuat para pengguna mampu memperoleh dan menyebarluaskan informasi serta data dengan sangat mudah. Ditambah lagi platform media sosial dan massa yang keberadaanya bak jamur di musim hujan, makin memudahkan masyarakat dalam mengakses berbagai informasi.

Anggota Komisi 1 DPR RI, Kresna Dewanata Phrosakh menyatakan bahwa kini media massa dan sosial memiliki kekuatan yang cukup luar biasa dalam memberikan sebuah informasi yang diperlukan. Seolah bermedia sosial tidak ada batasnya. Namun dalam hal ini, para pengguna harus ingat bahwa ada undang-undang yang mengatur ketika menggunakan informasi-informasi tersebut dengan baik dan tidak melenceng.

"Kita berharap bahwa kita benar-benar melek terhadap dunia digital. Di mana kita benar-benar bisa menilai dan bisa memverifiaksi kebenarannya, jangan hanya kita asal lihat saja kemudain men-share yang mengakibatkan akan menjadi berita hoaks," jelas Kresna dalam Webinar bertajuk "Ngobrol Bareng Legislator :Pilah Pilih Informasi di Ruang Digital" yang berlangsung pada Kamis (7/4/2022).


Dalam berselancar di dunia maya, lanjutnya, kepandaian untuk memilah dan memilih informasi sangat diperlukan. Mengingat, begitu menjamurnya berita-berita hoaks di tengah masyarakat. "Mereka tidak tahu bahwa penyebaran berita hoaks bisa terjerat undang-undang yang menyebabkan masalah bagi mereka. Lalu jangan sampai kita apalagi yang ikut kegiatan ini kurang melek digital. Minimal kita harus bisa memverifikasi berita dari sumber-sumber yang memang akurat," terangnya.

Dalam memilih informasi itu, kata Kresna, juga diperlukan kebijakan para pengguna. Baik itu untuk kepentingan pribadi ataupun dalam kepentingan bersama. "Kita tahu bahwa saat ini, banyak sekali dalam negara kita yang mempunyai aplikasi atau platform-platform dunia digital dalam mengecek sebuah informasi baik dari obrolan grup atau media sosial lainnya. Sekali lagi kita harus benar-benar mengecek berita apakah itu benar akurat tau tidak, dan jangan sampai kita ikut men-share berita yang belum jelas kebenarannya," tuturnya.

Di kesempatan yang sama, Digital Head Cyrus Network, Khairul Ikhwan menjelaskan bahwa informasi yang diterima sangat terkait dengan bagaimana para pengguna mencerna informasi. Informasi yang salah dianggap benar, jadi benar. Itu terjadi di luar kesadaran, apalagi jika dikelilingi orang yang berpendapat sama.

"Jadi ada keinginan untuk recheck, jangan sampai percaya 100%, media pun sering meralat berita. Harus cek kredibilitas news, kalau sumber tidak kredibel, kita harus men-challenge informasi tersebut," katanya.

Dia melanjutkan, kemudian bagaimana jika orang terdekat atau keluarga kita terpapar hoaks? Solusinya kita harus mendengarksn penjelasan mereka, lalu memberikan fakta yang sesungguhnya. "Real-nya gimana kasih tau nanti dengan cara yang baik. Harus mau effort ngasih tau ke keluarga tentang misinformasi yang ada. Bahkan belum tentu mereka mau keluar dari hoaks itu. Kemudian kita rangkul, dan Jangan dimusuhi. terakhir mencari pendampingan kepada orang yang kredibel untuk membantu," tutupnya.

Baca Juga: Pentingnya Membangun Budaya Digital yang Baik

Baca Juga: Cara Antisipasi Radikalisme di Ruang Digital




Share To


galih

galih

April 8, 2022, 8 a.m.


tags : Berita Hoaks Technology Literasi Digital Ruang Digital


Average: 0
Rating Count: 0
You Rated: Not rated

Please log in to rate.



Comments


Please Login to leave a comment.

ARTIKEL TERKAIT LAINNYA