
Menilik Para Seniman di Pameran Universal Iteration Komunitas Salihara
oleh: rachli Life Style Thursday, 2 June 2022 11:00 a.m.
Mancode - Komunitas Salihara Arts Center sukses menggelar pameran Universal Iteration (UNIT) 2. Berbeda dengan penyelenggaraan pertama, Universal Iteration kali ini mengambil tema khusus, yakni Intermissions, untuk merespons sebab-akibat budaya internet.
Bob Edrian selaku kurator pameran melihat fenomena dunia digital dan konsep ruang yang terjadi di dalamnya sebagai tajuk utama dalam pameran Universal Iteration tahun ini. Sekadar informasi, penyelenggaraan sebelumnya tidak bertema dan sifatnya lebih praktis.
“Ragam aktivitas di dunia maya tidak hanya menghasilkan keuntungan berupa kemudahan akses informasi serta terbukanya peluang-peluang baru di berbagai bidang,” ujarnya melalui keteragan resmi yang diterima belum lama ini.
Dalam penentuan seniman UNIT, Bob Edrian menjelaskan, pemilihan seniman didasarkan pada penentuan tema tahun ini yang banyak menyentuh wilayah batas atau terluar dari perkembangan teknologi internet. Seniman tersebut antaranya.
Oki Onda
Adalah seorang seniman dan komposer yang tinggal di Mito, Jepang. Karya-karyanya sering mengangkat isu sekitar ingatan, baik pribadi, kolektif dan sejarah. Salah satu proyeknya yang terkenal adalah Cassette Memories (2004) yang direkam selama tiga dekade. Karyanya telah dipresentasikan di berbagai negara, di antaranya documenta 14, Museum Louvre, Pompidou Center, Palais de Tokyo, Fondation Cartier, Argos, Bozar, ICA London, International Film Festival Rotterdam, Toronto Biennial of Art, The Kitchen, dan MoMA.
Eldwin Pradipta
Lulus dari Jurusan Intermedia, Fakultas Seni & Desain, Institut Teknologi Bandung. Karyanya kerap mengeksplorasi proyeksi video dan media digital lainnya. Ia pernah terpilih sebagai salah satu finalis BaCAA ke-4 pada 2015 dan turut mengambil bagian dalam Indonesia Art Award 2015 yang diinisiasi oleh Yayasan Seni Rupa Indonesia. Ia juga telah mengikuti beberapa pameran, seperti South East Asia Forum (Art Stage Singapore) dan Fantasy Island in Objectificts (Center for Film and Photography, Singapura, 2017). Karyanya pernah dipamerkan di Manifesto 6.0: Multipolar (Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 2018) dan Beyond Painting: Extend the Boundaries (Art Expo Malaysia, 2019).
Indah Arsyad
Berkarya dalam bentuk tulisan, instalasi, patung dan seni media. Karya-karyanya mengangkat isu-isu sosial, budaya dan lingkungan yang selalu didasarkan pada penelitian ilmiah. Ia menyelesaikan pendidikan di Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti. Karyanya telah dipamerkan dalam berbagai pameran nasional dan internasional, termasuk pameran tunggal di Museum Nasional Indonesia dengan tajuk On The Way (2008). Ia juga berpameran di London Art Biennale di Chelsea Old Town Hall (Inggris, 2021) dan KNOCK KNOCK KNOCK di Hancock Art Museum (Korea Selatan, 2021).
Rizki Lazuardi
Adalah seniman dan kurator yang bekerja dengan medium gambar bergerak dan expanded cinema. Ia menyelesaikan pendidikan Film dan Seni Media di HFBK University of Fine Arts Hamburg, Jerman. Karya dan programnya menjadi bagian dari sejumlah pameran dan festival, di antaranya IFFR Rotterdam, Singapore Art Museum, European Media Arts Festival Osnabrueck, Image Forum Tokyo, dan Jakarta Biennale. Saat ini ia menjadi salah satu konsultan program di Arsenal Berlin untuk Berlinale Forum.
XXLAB
Adalah grup inisiatif dari Yogyakarta yang terdiri atas beberapa perempuan dengan berbagai latar belakang disiplin dan keahlian. XXLAB berfokus pada eksplorasi seni, sains dan teknologi bebas berbasis open source (sumber terbuka) yang dikerjakan secara DIY (Do It Yourself) dan DIWO (Do It With Others). XXLAB terbentuk pada 2013, sebagai kelanjutan dari lokakarya berseri Ms. Baltazar ID. Pada 2015 XXLAB memenangi penghargaan Voestalpine Award Prix Ars Electronica, sebuah penghargaan bergengsi di bidang seni media baru untuk kategori “next idea”. XXLAB juga mengikuti berbagai pameran seni dan inovasi, serta aktif mengadakan berbagai edukasi nonformal.
Yovista Ahtajida
Adalah seniman independen yang tinggal di Jakarta. Karya-karyanya sering mengangkat relasi kapitalisme dan Islamisme berdasarkan pengalaman keluarga muslim fundamentalis dan latar belakang pendidikan. Pada 2012 ia mendirikan The Youngrrr, sebuah kolektif seni video. Karyanya dengan The Youngrrr telah dipresentasikan di European Media Art Festival (EMAF) 2014, Berlin International Film Festival (Berlin, 2014), South Asian Visual Art Centre (Toronto, 2014) dan Jakarta Biennale 2015. Karya tunggalnya telah dipresentasikan dalam Video Vortex XI, pada Kochi Muziris Biennale (India, 2017), W:OW 18, Torrance Art Museum (Los Angeles, 2018) dan Bandung Contemporary Art Award 2017. Pameran tunggalnya bertajuk Hijrah di LIR Space Yogyakarta (2018).
Share To

rachli
June 2, 2022, 11 a.m.
Berita terpopuler
ARTIKEL TERKAIT LAINNYA

Pesona Remboelan Mungil, Hunian Industrial Seharga Rp200 Jutaan di Gunung Sindur
65 5 days, 18 hours ago
Meski dibanderol terjangkau, Pesona Remboelan Mungil tetap menyediakan fasilitas pendukung yang lengkap. Dari sisi investasi pun capital gain-nya selalu naik tiap bulannya.

Woojune Cha Resmi Nahkodai Hyundai Motors Indonesia
45 3 weeks, 4 days ago
Woojune Cha akan memimpin HMID setelah sebelumnya mengemban tugas untuk Beijing Hyundai Motor Company..

MINI Resmi Pasarkan Mobil Listrik Pertamanya di Indonesia
39 3 weeks, 1 day ago
MINI Electric ditawarkan dalam dua varian, yakni MINI Electric dan MINI Electric Collection. Harganya dibanderol mulai dari Rp945 juta.
YOU MAY ALSO LIKE
Technology 27 June 2022 11:00 a.m.
Kolaborasi CMI Indonesia dan Tencent Cloud Tawarkan Solusi Teknologi Cloud
Entertainment 21 June 2022 11:00 a.m.
FLAVS Festival 2022 Hadirkan Roadshow “What the F.L.A.V.S”
Travel 17 June 2022 13:00 p.m.
Menparekraf Dukung Geowisata Batu Angus Jadi Geopark Nasional
Entertainment 14 June 2022 14:00 p.m.