
Mengenang Kisah Bunker Menangis Gunung Merapi
oleh: inggil History Friday, 23 July 2021 10:00 a.m.
Mancode - Banyak misteri maupun cerita kuno yang berhubungan dengan Gunung Merapi di Jawa Tengah. Bahkan menurut leluhur, Gunung Merapi merupakan panglima dari gunung-gunung vulkanik di seluruh gunung yang ada di Nusantara. Hal ini karena Merapi sangat erat dengan Keraton Kesultanan Yogyakarta dan Kerajaan Pantai Selatan.
Pada 2006 silam, ada peristiwa yang akan selalu diingat oleh warga lereng Merapi. Semburan lahar panas dan terjangan wedhus gembel alias awan panas turun deras dari atas Gunung Merapi yang memakan banyak korban jiwa. Ada sebuah kisah jika meletusnya Gunung Merapi tersebut merupakan pertanda dari alam untuk generasi muda.
Pembawa acara YouTube Kisah Tanah Jawa, Om Hao menjelaskan jika bencana tahun 2006 silam itu merupakan sebuah peringatan bagi para warga Yogyakarta sendiri. Diceritakan oleh Om Hao, ada sosok bernama Ki Juru Martani yang bertugas membentengi dan menjaga area Geger Boyo. Ada momen dimana Ki Juru Martani akan berhenti menjaga karena hilangnya jati diri warga jogja atau istilah lainnya “wong jowo ilang jowone”.
Informasi dari Ki Juru Martani yang didapatkan oleh Om Hao tersebut memiliki tanda bahwa pada 2006, saat lahar panas menerjang hingga kota Yogyakarta merupakan suatu pertanda bagi generasi muda, bahwa mereka harus mulai mengingat dan melestarikan pakem-pakem budaya.

Dari kejadian meletusnya Gunung Merapi di tahun 2006 ada salah satu kisah misteri yang terselubung di dalamnya, yakni suara tangisan Bunker Lereng Merapi di malam hari. Jika kalian pernah jalan-jalan ke sekitar kawasan Gunung Merapi sudah tentu melihat Bunker tersebut.
Bunker ini sendiri diberi nama Bunker Kaliadem yang digunakan sebagai tempat penyelamat darurat ketika erupsi Merapi terjadi. Berbentuk seperti dome dengan pintu masuk yang lebih rendah dari tanah, Bunker ini dirancang untuk tahan terhadap awan panas maupun material kecil yang dikeluarkan Gunung Merapi.

Tapi beda cerita ketika dua sosok sukarelawan bernama Sudarwanto atau biasa dipanggil Kenteng dan Sarjono warga Dusun Kopeng Cangkringan. Saat terjadinya letusan Merapi di tahun 2006, keduanya secara sukarelawan membantu evakuasi warga yang berada di daerah Lereng Merapi.
Kamis, 15 Juni 2006 pada saat hari kejadian sebelum erupsi besar merapi, Kenteng sedang piket di Bunker tersebut. Ia sempat mengabari temannya bahwa di Bunker ada dua orang. Tiba-tiba erupsi terjadi. Sarjono kala itu langsung memperingatkan warga untuk masuk ke Bunker dan menyelamatkan diri di dalam agar tidak terkena awan panas. Namun warga tidak menggubris dan terus berlari ke arah sawah.
Akhirnya Sarjono dan Kenteng lah yang masuk dan bertahan di dalamnya. Sayang, Bunker yang seharusnya menjadi tempat perlindungan itu malah menjadi sebuah "oven raksasa" yang memanggang keduanya.
Meski tahan terhadap awan panas dan material kecil dari erupsi Merapi, Bunker ini tidak dirancang untuk tahan lahar panas. Sayangnya Bunker pun bocor dan lahar panas masuk ke ruangan Bunker tersebut. Penampakan lahar panas yang sudah mendingin pun bisa kalian lihat saat ini di dalam Bunker.

Naas bagi Kenteng dan Sarjono yang tidak bisa lari dan terjebak di dalam Bunker keduanya pun terpanggang dan meninggal di tempat. Mirisnya lagi, jasad keduanya baru bisa dievakuasi dua hari kemudian. Selain karena tertimbun material vulkanik sehingga diperlukan alat berat. Suhu disekitar pintu bunker sendiri saat coba dibuka mencapai 700 derajat celcius.
Setelah dilakukan pengerukan dan Bunker dibuka, Jenazah Sarjono ditemukan di dekat pintu masuk dengan kondisi hangus. Diduga ia sempat mau mencoba keluar karena suhu bunker sudah sangat tinggi ditambah lahar panas yg masuk.
Sementara, Kenteng ditemukan di ruang toilet Bunker. Jasadnya berada didalam bak mandi. Diduga Kenteng berusaha mendinginkan dirinya dengan berendam di air dalam bak, namun naas, saat ditemukanpun air bak tersebut masih dalam keadaan mendidih.
Peristiwa memilukan ini membuat kegunaan Bunker dipertanyakan dan akhirnya Bunker tidak lagi disarankan sebagai tempat perlindungan saat terjadi erupsi.

Kini, Bunker Kaliadem lebih diperuntukkan sebagai wisata sejarah lava tour merapi. Kondisi Bunker yang gelap dan cerita mengerikan di dalamnya menjadi daya tarik tersendiri.
Tak jarang, orang-orang akan merasa sedih bahkan menangis hanya dengan masuk Bunker ini tanpa dijelaskan apa yg terjadi. Karena suasana kesedihan dan ketakutan itu terasa di bagian dalam Bunker. Suasana keputusasaan dan kepasrahan kedua korban kejadian tersebut.
Area Bunker selalu disterilkan ketika sore menjelang. Konon, jika malam hari, ada suara-suara aneh berupa teriakan, jeritan atau suara minta tolong dari arah dalam Bunker. Entah apakah ini benar atau isapan jempol belaka. Namun Kaliadem menjadi lokasi dengan historis sendiri.
Share To

inggil
July 23, 2021, 10 a.m.
Berita terpopuler
ARTIKEL TERKAIT LAINNYA

Tips Menata Area Dapur dan Ruang Makan Terlihat Lebih Luas Ala IKEA
137 3 weeks, 1 day ago
Dalam mendekorasi hunian yang mungil perlu mempertimbangkan ruang yang terbatas serta memprioritaskan kebutuhan. Untuk menyiasatinya, simak tips ala IKEA.

Konser 30 Tahun Dewa 19 di Yogyakarta Siap Digelar
115 4 days, 4 hours ago
Penukaran tiket konser dapat dilakukan mulai H-1 atau hari Jumat, 5 Agustus 2022 pada pukul 11:00-18:00 WIB di Wisma Kagama, Pendopo Wisma Kagama UGM komplek Bulaksumur Blok G.

Desainer Karina Ayu Ghimas Menikah, Kenakan Karya Terbaiknya Kebaya Motif Rumah Joglo
114 3 weeks, 6 days ago
Karina mengenakan karya terbaiknya berupa lima kebaya dan satu gaun perpaduan keindahan dan alam budaya Indonesia.
YOU MAY ALSO LIKE
Fashion Style 5 August 2022 16:00 p.m.
Desainer Denny Wirawan Tambah Wawasan Fashion Para Pelajar SMK di Kudus
Entertainment 4 August 2022 7:00 a.m.
Head In The Clouds Jakarta 2022 Siap Digelar di PIK 2
Entertainment 25 July 2022 10:00 a.m.
Ramaikan Industri Musik Indonesia, Dere Rilis Album Perdana “Rubik”
Life Style 15 July 2022 13:00 p.m.