WS Rendra.jpg

Mengenang Kembali Sosok dan Karya W.S. Rendra

oleh: galih History Friday, 6 August 2021 13:00 p.m.


Mancode - Bagaimana rakyat bisa merdeka bila polisi menjadi aparat pemerintah.Dan tidak menjadi aparat hukum yang melindungi hak warga negara?

Bagaimana rakyat bisa disebut merdeka bila birokrasi negara tidak mengabdi kepada rakyat, melainkan mengabdi kepada pemerintah yang berkuasa?

Sajak-sajak ini adalah potongan puisi karya mendiang W.S. Rendra yang berjudul “Kesaksian Akhir Abad”. Puisi ini memiliki pesan moral yang relevan dengan kondisi realitas kehidupan sosial, politik, dan ekonomi di Indonesia.


Sudah 11 tahun, tepatnya pada 6 Agustus 2009, sastrawan, penyair, seniman dan budayawan kebanggaan Indonesia WS Rendra berpulang. Meski sosoknya telah tiada, namun karyanya tetap abadi hingga saat ini. Bahkan, karya-karya kerap dipertunjukkan kembali di beberapa pementasan.

WA Rendra yang memiliki nama lengkap Willibrordus Surendra Broto Rendra lahir pada 7 November 1935 di Solo. Dia tumbuh dan besar di lingkungan keluarga yang menggeluti seni dan budaya. Ini pula yang memengaruhi Rendra menjelma menjadi seniman dengan karya-karyanya yang memberikan dampak bagi dunia seni Indonesia.

Sejak duduk di bangku sekolah, dia sudah menghasilkan sejumlah karya. Semasa SMA, Rendra juga pernah menulis drama untuk pementasan di sekolahnya. Drama pertama yang ditulisnya itu berjudul “Kaki Palsu”. Sajak-sajak karyanya telah dipublikasikan sejak tahun 1950-an di beberapa majalah, seperti Siasat, Kisah, dan Konfrontasi.

Setelah menyelesaikan pendidikan SMA, Rendra melanjutkan kuliah di Jurusan Sastra Barat, Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Rendra pernah mendapatkan beasiswa untuk belajar drama dan seni dari America Academy of Dramatic Art (AADA) pada 1964. Ini menjadikannya orang Indonesia pertama yang menempuh pendidikan drama di AADA. Sepulangnya dari Amerika Serikat pada 1968, Rendra mendirikan Bengkel Teater.

Karya W.S. Rendra

Beberapa pementasan drama pernah diwujudkan Rendra, baik sebagai pemain maupun penulis naskah. Kala itu, dia sempat mementaskan dan menulis drama seperti Mahabarata, Bip-Bop (1968), Menunggu Gadot (1969), Dunia Azwar (1971), hingga Mastodon dan Burung Kondor (1972).

Tak hanya drama, Rendra juga piawai dalam menulis puisi. Karya-karya populernya seperti Balada Orang-orang Tercinta, Blues Untuk Bonnie, Sajak-sajak Sepatu Tua, Nyanyian Orang Urakan, Potret Pembangunan Dalam Puisi, Sajak Sebatang Lisong, dan masih banyak lagi.

Beberapa karya Rendra juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti Inggris, Jerman, Jepang, Belanda, dan Hindi.

Julukan Si Burung Merak

W.S. Rendra mendapatkan julukan Si Burung Merak. Julukan ini beliau dapatkan saat jalan-jalan ke kebun binatang Gembiraloka Yogyakarta bersama sahabatnya dari Australia. Kala itu, sahabatnya melihat seekor burung Merak Jantan dan berkata “Itu Rendra!”. “Dia orangnya suka pamer,” kata orang Australia itu.

Sosok Renda digambarkan oleh teman-temannya di Jogja burung merak jantan yang suka memamerkan bulu-bulu indahnya.

Si Burung Merak kini telah meninggalkan kita semua. Rendra meninggal di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009 pada usia 73 tahun. Diketahui, penyebabnya karena menderita jantung coroner dan jenazahnya dikebumikan di kompleks Bengkel Teater.

Baca Juga: Hari Puisi Nasional: Ini 4 Sosok Penyair Muda yang Inspiratif

Baca Juga: Mengenal Noko, Seniman Tato Termuda di Dunia

Baca Juga: Seniman Keturunan Tiongkok Tuntut Museum di Los Angeles




Share To


galih

galih

Aug. 6, 2021, 1 p.m.


tags : History Mengenang WS Rendra Karya WS Rendra Penyair Seniman WS Rendra WS Rendra


Average: 0
Rating Count: 0
You Rated: Not rated

Please log in to rate.



Comments


Please Login to leave a comment.

ARTIKEL TERKAIT LAINNYA