
Kilas Balik Gempa Jogja 27 Mei 2006
oleh: inggil History Thursday, 27 May 2021 14:00 p.m.
Mancode - Masih teringat jelas kala itu di pagi hari pukul 05:35 sebelum berangkat ke sekolah saya tengah menunggu sarapan masakan dari eyang. Saat itu, di rumah hanya ada lima orang yaitu ibu, kedua kakak, eyang, dan saya sendiri. Seperti pagi hari biasanya yang cerah, kedua kakak saya sedang mandi dan saya sendiri duduk di meja makan untuk sarapan. Seketika semua yang terasa biasa saja tiba-tiba berubah menjadi bencana yang mengerikan.
Saya lupa persis tepat jam berapa kejadian itu bermula yang jelas sebelum pukul 07:00 di pagi hari, gempa dengan kekuatan 5,9 Skala Richer (SR) mengguncang kota Jogja dan sekitarnya. Saat di rumah suara meja yang bergoyang membuat eyang terkaget dan lantas menggandeng tangan saya untuk lari ke luar rumah begitu juga dengan ibu saya yang saat itu sedang menyiram tanaman di halaman belakang.
Kedua kakak saya yang sedang mandi pun hanya bisa diam saja di kamar mandi. Bahkan, setelah guncangan gempa itu selesai, kakak saya berkelakar seperti sedang di kapal berlayar yang maksud mencairkan suasana. Setelah semua sudah di luar rumah, kita berlima pun mengucap terima kasih kepada Allah yang masih memberikan keselamatan meski beberapa genteng rumah kami ada yang roboh.
Lantas bagaimana dengan lingkungan sekitar rumah? Ya di belakang rumah saya saat itu terdapat pohon rambutan yang besar dan jatuh tepat di atas mobil kakak saya. Lalu ada pula rumah tetangga yang hancur rata dan syukurnya seluruh keluarga selamat. Saat itu hanya ada satu di pikiran saya "Sekolah libur nggak ya?” Seperti anak kecil pada umumnya tentu senang jika sekolah libur bukan?

Banyak tetangga yang juga mengucapkan syukur dan menampakkan raut wajah kaget betapa besarnya gempa itu karena sebelumnya belum pernah terjadi. Pak RT tempat kami pun berlari-lari sambil berteriak Takbir karena ada orang yang terkena robohan bangunan. Rasa penasaran saya pun ingin mengikuti Pak RT tapi dihadang oleh ibu saya yang akhirnya kedua kakak lah yang ikut membantu Pak RT.
Ibu saya pun lantas membawa saya menuju ke sekolah untuk mendapatkan informasi. Saat di jalan sungguh sangat menyedihkan melihat ada rumah, toko, bangunan yang roboh. Bahkan, di satu momen saya melihat ada seorang pria yang terkapar di bawah robohan rumah. Ibu saya lantas menyuruh saya untuk mengucapkan Tahlil di sepanjang perjalanan.
Setibanya di sekolah dan mendapatkan informasi bahwa sekolah diliburkan tentu perasaan saya senang sekali. Akan tetapi perasaan itu langsung lenyap setelah saya diberitahu jika rumah teman saya bernama Satrio roboh yang sontak membuat hati ini bersedih. Lantas saya bersama ibu pun ke tempat Satrio yang memang tidak jauh dari sekolah.

Setibanya di sana rumah Satrio yang selalu menjadi tempat perkumpulan bersama hancur total rata dengan tanah. Saya pun lantas mencari Satrio untuk melihat keadaannya dan syukurnya di baik-baik saja meski menangis melihat rumahnya. Saya juga ikut menangis saat itu yang langsung ditenangkan ibu saya.
Belum selesai tangisan itu hilang tiba-tiba ada kabar bahwa ayah dari teman saya yang lainnya, Akbar ternyata meninggal dunia di tempat. Masih ingat dengan seorang pria yang terkena robohan bangunan saat perjalanan menuju sekolah? Ya ternyata itu adalah ayahnya Akbar.
Setelah mendengar kabar itu saya dan ibu pun bergegas menuju rumah Akbar yang tak lupa berpamitan kepada Satrio dan menyuruhnya untuk tabah. Setibanya di tempat Akbar masih teringat jelas hingga saat ini teriakan tangisan seorang anak kecil yang melihat ayahnya meninggal di depan mata. Ibu saya pun juga turut bersedih dan langsung memeluk Ibu Akbar untuk sedikit menenangkannya.
Tiga hari selepas kejadian tersebut saya, Satrio, Akbar, dan Yuda berkumpul di taman belakang sekolah. Di sana Satrio dan Akbar memberitahu jika mereka berdua akan meninggalkan Jogja menuju kampung halamannya. Sontak saya dan Yuda pun kaget mendengar kabar itu.
Kita berempat pun main dari siang sampai sore di taman entah sekadar memetik buah jambu atau sepakbola yang jelas kita hanya ingin menghabiskan waktu bersama. Saat adzan Magrib tiba Satrio dan Akbar pun mengucapkan salam perpisahan untuk terakhir kali dan kita berempat mempunyai perjanjian bakal menjadi teman selamanya.

Kini, 15 tahun sudah gempa Jogja berkekuatan 5,9 SR menjadi kenangan. Namun, tetap saja masih teringat jelas bagaimana semua gambaran itu terpampang jelas di dalam pikiran. Bagi sebagian orang, banyak yang harus mengikhlaskan segala kehilangannya. Mengingatkan bagaimana kecilnya kuasa kita dibandingkan sang pemilik alam semesta. Serta pengingat untuk selalu mensyukuri bangun di pagi hari dengan keadaan baik-baik saja.
Share To

inggil
May 27, 2021, 2 p.m.
Berita terpopuler
ARTIKEL TERKAIT LAINNYA

Konser 30 Tahun Dewa 19 di Yogyakarta Siap Digelar
145 1 week, 6 days ago
Penukaran tiket konser dapat dilakukan mulai H-1 atau hari Jumat, 5 Agustus 2022 pada pukul 11:00-18:00 WIB di Wisma Kagama, Pendopo Wisma Kagama UGM komplek Bulaksumur Blok G.

Mengenal Beelli, Aplikasi Cari Jodoh Sekaligus Cuan
109 3 weeks ago
Selain mencari jodoh, di aplikasi Beelli para penggunanya bisa menghasilkan uang yang menggiurkan. Bagaimana caranya?

Sambut HUT RI ke-77, KTCI Gelar Kopdarcamp Sekaligus Baksos di Lembang
88 2 weeks, 1 day ago
Beragam acara menarik dihadirkan untuk memupuk keakraban para member KTCI. Selain itu, ada juga baksos dalam menyambut HUT RI ke-77.
YOU MAY ALSO LIKE
Life Style 29 July 2022 9:00 a.m.
New Hyundai Palisade Mengaspal di Indonesia, Harga Mulai Rp842 Juta
Technology 27 July 2022 14:00 p.m.
Ericsson Indonesia Resmikan Kantor Baru Berkonsep Employee-Centric
Entertainment 27 July 2022 13:00 p.m.
The Bakuucakar Rilis Lagu “Merindu”, Penanda Lepas Album Perdana
Life Style 25 July 2022 11:00 a.m.