Stasiun-Gambir.jpg

Melihat Sejarah Asli Stasiun Gambir

oleh: rachli History Tuesday, 8 October 2019 17:00 p.m.


Bagi masyarakat Pulau Jawa, khususnya Jakarta tentu sudah tidak asing lagi dengan nama Stasiun Gambir. Ya, pasalnya Stasiun Gambir diperuntukan untuk kereta eksekutif antar kota. Namun, belum lama ini Kementerian Perhubungan (Kemnhub) mewacanakan Stasiun Gambir hanya akan melayani rute KRL atau commuter line Jabodetabek dan kereta khusus saja pada 2021 mendatang.

Sebelum menjadi stasiun seperti saat ini, Stasiun Gambir memiliki sejarah yang panjang. Bagi Mancoders kelahiran dekade 1970 dan 1980-an tentu masih sempat melihat desain arsitektur Stasiun Gambir era jaman kolonial. Masuk ke tahun 1990-an, Stasiun Gambir mengalami perubahan besar. Bangunan dirubah dengan model bertingkat hingga seperti sekarang ini.

Merajuk ke sejarahnya, awal daerah Stasiun Gambir adalah tanah rawa dengan pemilik tanah tersebut bernama Anthony Paviljoen yang kemudian dibeli oleh Cornelius Chastelein pada 1697. Setelah dibeli, dibangun sebuah rumah dengan dilengkapi dua kincir sebagai penggiling tebu. Cornelis memberi nama tempat ini dengan sebutan Weltevreden yang artinya sangat puas.


Pada 1871, Weltevreden diubah menjadi sebuah halte Koningspelin atau berarti halte lapangan raja. Halte ini dikelola sampai 1884 oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatcshappij (NIS) dengan bangunan kecil dan sangat sederhana. Halte ini kemudian diubah jadi stasiun Weltevreden, dan dibuka pada 4 Oktober 1884 di tempat Stasiun Gambir sekarang berada.

Dari sini awal cerita kawasan gambir menjadi salah satu perlintasan kereta. Sejak saat itu hingga 1906, stasiun ini digunakan untuk pemberangkatan tujuan Bandung dan Surabaya. Dulu, desain bangunan stasiun ini atapnya bertumpu pada bantalan besi cor dengan rancangan Staatsspoorwegen (SS).

Lalu, pada 1928, stasiun kemudian diperbesar dan satu kemudian mengalami perubahan yang cukup signifikan di mana tampak luar bergaya art deco. Atap untuk penumpang di peron juga diperpanjang ke sisi utara hingga 55 meter. Masuk 1937, stasiun ini kemudian diresmikan sebagai stasiun Batavia Koningsplein.

Hingga akhirnya, 55 tahun kemudian tepatnya pada 1992, stasiun direnovasi secara besar-besaran menjadi stasiun layang dan berubah nama menjadi Stasiun Gambir. Sejak saat itu, stasiun ini difungsikan menjadi ruas jalur kereta Jakarta Kota-Manggarai.

Stasiun Gambir saat ini berada di ketinggian 16 meter dan masuk dalam Daerah Operasional (DaOp) Perkeretaapian Wilayah I Jakarta. Stasiun Gambir memiliki empat jalur, jalur dua dan tiga adalah sepur lurus.

Saat ini, stasiun gambir memiliki tiga tingkat, di tingkat pertama ada aula utama, loket, tempat makan dan toko serta layanan perbankan ada di tingkat dasar. Naik ke lantai dua ada ruang tunggu dan beberapa tempat makan cepat saji. Lalu, di lantai paling atas difungsikan sebagai peron dan jalur lintasan kereta.

Kini, Gambir juga dilengkapi dengan Rail Transit Suite, yakni hotel transit khusus untuk penumpang kereta yang hendak beristirahat. Dari segi pelayanan, status Stasiun Gambir yang berada tepat di jantung Ibu Kota memang terasa eksklusif.

Baca Juga: Sejarah Tercetusnya Hari Batik Nasional

Baca Juga: Menengok 4 Lokasi Wisata Sejarah di Jakarta

Baca Juga: Sejarah Lomba-Lomba di Hari Kemerdekaan Indonesia




Share To


rachli

rachli

Oct. 8, 2019, 5:23 p.m.


tags : Gambir Sepur KRL Kementerian Perhubungan Stasiun Gambir Communter Line


Average: 0
Rating Count: 0
You Rated: Not rated

Please log in to rate.



Comments


Please Login to leave a comment.

ARTIKEL TERKAIT LAINNYA