
Melihat Karya Trimata Seniman Muda Salihara
oleh: galih Life Style Tuesday, 2 November 2021 8:00 a.m.
Mancode - Merespons fenomena terkini di dunia seni rupa, Komunitas Salihara Arts Center menggelar pameran seni rupa “Three for Plastic Hearts”. Pameran yang berlangsung 29 Oktober - 30 November 2021 ini, menampilkan karya-karya tiga perupa pemenang Kompetisi Karya Trimatra Salihara 2019, yaitu Andrita Yuniza, Argya Dhyaksa, dan Wildan Indra Sugara.
Melalui pameran yang digelar secara hybrid (offline dan online) ini, Komunitas Salihara ingin memotret karya-karya, gagasan dan arsip mereka dalam rentang sekitar tiga tahun terakhir.
“Pameran ini menampilkan karya-karya tiga perupa yang relatif muda, sebelumnya mereka memenangi Kompetisi Trimatra Salihara 2019. Kompetisi yang melibatkan perupa usia di bawah 35 tahun, dan diselenggarakan setiap tiga tahun sekali. Dengan pameran ini kami ingin memotret karya-karya dan gagasan mereka, baik dari dekat maupun jauh, dalam rentang sekitar dua tahun terakhir,” ungkap Asikin Hasan.
Menurutnya, teknologi yang merasuk dalam keseharian adalah faktor utama yang membentuk cara pandang dan gagasan pada karya-karya seni rupa mereka, di mana teknologi hadir sebagai idiom dan medium sekaligus. Pertanyaan yang muncul ketika berhadapan dengan karya-karya semacam ini terkadang tidak lagi pada tataran rupa semata, melainkan bagaimana efek estetis dapat timbul dari kemajuan teknologi dan peradaban masa kini?
“Kepekaan rasa yang bertaut pada rupa dan bentuk tidak lagi menjadi satu-satunya aspek dalam karya-karya mereka. Kehangatan emosi yang biasanya membawa kita terharu, kini tergerus oleh soal-soal yang selama ini tidak kita anggap sebagai bagian dari seni itu sendiri. Obyek-obyek bahkan hadir dengan suasana dingin, sebagai implikasi dari gagasan dan konsep para perupa. Bahkan, para perupa berjarak dengan subyektivitas, berlaku layaknya seorang periset, dan menempatkan aspek kuantitatif yang berlawanan arah dengan produk seni sebelumnya. Mereka tertarik pada masalah lingkungan, pencemaran air, nasib planet bumi dan umat manusia,” tambah Asikin Hasan.
Sejak memenangi Kompetisi Karya Trimatra Salihara 2019, ketiga perupa ini memperlihatkan bahwa perkembangan teknologi masa kini, kondisi sosial budaya, dan lingkungan tempat mereka tinggal, memberi pengaruh yang luas pada kelahiran karya-karya mereka.
Misalnya pada karya-karya Andrita Yuniza, yang secara khusus punya perhatian terhadap masalah lingkungan. Dalam karya-karyanya pada sebuah kotak berlampu, ia menampilkan pelbagai sampah organik, yang telah mengalami transformasi bentuk simbol-simbol, dan yang lain dalam bentuk lembaran. Karya-karya tersebut tersebab oleh dirinya sendiri menghadirkan warna-warna yang menarik.
Sedangkan pada karya-karya WIldan Indra Sugara, juga tak jauh dari upaya merekrut sampah-sampah industri yang, ditemukannya baik di Jerman maupun di Indonesia. Berbeda dengan Andrita yang mengolah materi sampah hingga pada bentuknya yang canggih, Wildan membiarkan saja sampah itu sebagaimana adanya. Sampah-sampah itu punya warna, riwayat, dan kelak akan mengalami proses kehancuran pada dirinya sendiri.
Dengan begitu, Wildan mengekstrimkan gagasannya dengan langsung menghadirkan kekonkritan. Dalam karyanya yang baru, ia tidak lagi hanya membuat duplikasi televisi dengan material cor semen, melainkan menghadirkan hebel, sejenis bata berwarna putih yang kini makin populer untuk pembuatan tembok rumah.
Sementara, Argya Dhyaksa dalam karyanya seperti mengatakan bahwa, tidak akan pernah ada yang sempurna. Hal ini bisa jadi bersangkut paut dengan pengalamannya sebagai seorang keramikus yang senantiasa berdebar-debar, apakah keramik di dalam tungku itu akan berhasil atau cacat dan rusak selama proses pembakaran. Keramikus muda ini dalam karya-karyanya menampilkan ketidaksempurnaan itu dalam tulisan plesetan yang diabadikan pada sebuah bentuk menyerupai prasasti.
Ia juga membuat keramik-keramik mungil yang dimasukkannya ke dalam botol. Lebih ekstrem lagi, ia menempatkan sebuah headphone di salah satu dinding yang, sebenarnya tidak ada isi suara apa-apa, kecuali kehadiran headphone itu sendiri.
“Ketiga perupa muda ini memperlihatkan bahwa perkembangan teknologi masa kini, kondisi sosial budaya, dan lingkungan tempat mereka tinggal, memberi efek atau pengaruh yang luas pada kelahiran karya-karya mereka,” tutup Asikin Hasan.
Share To

galih
Nov. 2, 2021, 8 a.m.
Berita terpopuler
ARTIKEL TERKAIT LAINNYA

IIMS Hybrid 2022 Cetak Transaksi Senilai Rp3 Triliun Lebih
63 3 weeks, 6 days ago
Selama 11 hari pameran, IIMS Hybrid 2022 berhasil mencatatkan penjualan sebanyak 9.634 unit kendaraan dengan nilai transaksi mencapai Rp3.435.634.425.990.

Honda Segarkan Tampilan New Brio RS Urbanite Edition
43 3 weeks, 3 days ago
Selain tampilan eksterior, New Honda Brio RS Urbanite Edition juga mendapatkan penyegaran pada sejumlah fitur baru. Harganya sendiri dibanderol mulai Rp225.900.000.

Kawal Pemudik, Hyundai Hadirkan Layanan “Hyundai Siaga Mudik 2022”
36 2 weeks, 4 days ago
Layanan Hyundai Siaga Mudik 2022 bertujuan memberikan pengalaman perjalanan mudik yang lebih berkesan dan istimewa kepada pelanggan Hyundai.
YOU MAY ALSO LIKE
Entertainment 13 May 2022 9:00 a.m.
Gandeng Danilla Riyadi, OmBags Rilis ‘Persahabatan’ Bernuansa Akustik
Shopping 28 April 2022 12:00 p.m.
Sambut Lebaran, Zalora Tebar Promo Diskon Hingga 90 Persen
Entertainment 21 April 2022 12:00 p.m.
Jelang Episode 4, Pretty Little Liars 2 Ungkap 5 Kejutan Baru
Entertainment 21 April 2022 9:00 a.m.