
Kisah Suram Pembantaian Massal di Jembatan Progo
oleh: inggil History Wednesday, 6 May 2020 12:00 p.m.
Mancode - Bagi warga Temanggung pasti sudah tidak asing dengan Jembatan Sungai Progo yang menghubungkan antara Kecamatan Kranggan dan Temanggung. Dua tahun lalu atau tepatnya pada Rabu, 21 Februari 2018, jembatan ini roboh akibat lapuk dimakan usia. Sebagai penggantinya, telah dibangun jembatan baru yang lebih modern.
Di balik kegunaannya sebagai penghubung sarana transportasi ada sejarah kelam di Jembatan Progo ini. Tempat itu menjadi saksi bisu sejarah kelam atas pembantaian massal warga sipil dan non sipil oleh Belanda pada 1984-1949 pasca Kemerdekaan Indonesia. Kurang lebih ada ribuan jiwa yang terbunuh di jembatan itu.

Pembantaian tersebut merupakan buntut dari keluarnya perintah penyerbuan markas Belanda yang ditanda tangani oleh Kolonel Bambang Soegeng. Tujuannya untuk mengantisipasi sekaligus serangan balasan bagi gerakan agresi militer Belanda. Pasukan Belanda sendiri tidak terima akan diusir oleh Indonesia, oleh karena itu terjadilah pembantaian massal.
Tentara Belanda kemudian menyisir setiap tempat untuk mencari dan menangkap tentara Indonesia. Namun, sejarah menyebut tidak hanya tentara Indonesia saja melainkan warga non sipil juga jadi sasaran. Setelah itu, Belanda pun berhasil menangkap dan menahan warga Indonesia yang kemudian diinterogasi.
Para tahanan yang tertangkap disiksa secara tidak manusiawi, kemudian mereka disuruh menutup mata untuk diikat di Jembatan Progo. Di sana lah pembantaian paling kelam dalam sejarah terjadi. Beberapa sumber menyebutkan jika tahanan ada yang ditembak mati ada pula yang ditebas kepalanya. Setelah mereka semua wafat, para tentara Belanda kemudian membuang jasadnya di dasar kali Progo dan hanyut.
Total ada ribuan jasad yang gugur di tangan Belanda, bahkan saking banyaknya air sungai kali Progo berubah menjadi warna merah. Warga-warga yang berhasil sembunyi menyebut jika setidaknya dua hari sekali akan ada eksekusi di sana. Mereka mengetahuinya dengan bunyi letusan tembakan. Sementara penemuan mayat yang mengambang tanpa kepala selalu ditemukan setiap harinya selama berbulan-bulan.
Dalam mengenang sejarah kelam para korban, saat hari pahlawan para veteran perang pun biasanya mengunjungi jembatan ini dan berdoa. Mereka melakukan tabur bunga dan mengenang teman-temannya yang gugur dalam pembantaian massal tersebut.

Ada pula sebuah Monumen Bambu Runcing yang ditancapkan sebagai bentuk rasa penghormatan para pahlawan. Di sana terdapat tulisan ‘Aku ta kerjewa, aku rela…. Mati untuk tjita-tjita nan mulja: Indonesia merdeka, adil, makmur dan bahagia. Temanggung, 22/12-48-10/8/29’.
Share To

inggil
May 6, 2020, noon
Berita terpopuler
ARTIKEL TERKAIT LAINNYA

Kebiasaan yang Wajib Dilakukan Pengemudi Mobil Transmisi Manual
1372 4 weeks ago
Mengemudikan mobil transmisi manual tak bisa dilakukan sembarang. Ada kebiasaan yang harus dilalukan agar performa mesin tetap terjaga.

Viu Siapkan 5 Film dan Drama Korea, Tayang di Januari 2023
371 3 weeks, 5 days ago
Film dan drama berikut ini juga diperankan oleh bintang-bintang papan atas Korea yang sudah tidak diragukan lagi kemampuan beraktingnya.

Jenius Properti Tawarkan Investasi Menjanjikan Hotel Bintang 5 di Bali
76 1 week, 3 days ago
Jenius Properti menawarkan investasi dengan Rp25 juta bisa memiliki hunian bintang 5 di Bali.
YOU MAY ALSO LIKE
Technology 10 January 2023 21:00 p.m.
Kombinasi Sony Soundbar HT-A3000 dan TV BRAVIA XR Tawarkan Pengalaman Home Cinema
Travel 9 January 2023 22:00 p.m.
ASEAN Tourism Forum 2023 Siap Digelar di Yogyakarta
Travel 5 January 2023 9:00 a.m.
Tingkat Okupansi Hotel Selama Libur Nataru 2023 Menggembirakan
Life Style 2 January 2023 9:00 a.m.