Kilas Balik 41 Tahun Kemerdekaan Vanuatu

Mancode - Tepat pada tanggal 30 Juli, rakyat Vanuatu merayakan kemerdekaan negaranya atas pendudukan Prancis dan Inggris. Sejarah negara kepulauan yang terletak di Pasifik Selatan itu memang lekat dengan penjajahan bangsa Eropa. Vanuatu adalah negara kecil dengan luas 12 ribu kilometer persegi yang merupakan salah satu bangsa bertempat di kawasan Samudera Pasifik bagian selatan.

Pada 1970-an, sebuah gerakan kemerdekaan meningkat, dengan partai-partai politik dibentuk untuk mengadvokasi hak-hak tanah adat masyarakat Vanuatu. Puncaknya, pada 30 Juli 1980, Vanuatu memperoleh kemerdekaannya yang telah lama diperjuangkan di bawah kepemimpinan Pastor Walter Lini dan Vanua’aku Pati.

Pastor Sethy Regenvanu, salah satu pejuang kemerdekaan asli Vanuatu mengatakan, meskipun ada perbedaan budaya dan bahasa, persatuan rakyat akan membawa perubahan.

Negara dengan populasi penduduk 270 ribu jiwa dan beribukota di Port Villa ini berada di sebelah timur Australia, sebelah barat Fiji, serta sisi selatan Kepulauan Solomon. Vanuatu sebelumnya diperintah di bawah kendali bersama Inggris dan Prancis, dan kemudian dikenal sebagai Hebrides Baru. Hingga hari ini, tiga bahasa resmi Vanuatu adalah Bislama, Inggris, dan Prancis.

Penduduk asli Vanuatu berasal dari Melanesia, satu rumpun dengan orang-orang Papua di Indonesia, Aborigin di Australia, sebagian warga Timor Leste dan Papua Nugini, serta masyarakat asli negara-negara di kawasan Pasifik Selatan lainnya seperti Fiji, Kepulauan Solomon, Kaledonia Baru, hingga Samoa.

Wilayah teritori Vanuatu hanya hampir seluas Kepulauan Maluku di Indonesia, dengan memiliki 843 pulau. Negara ini termasuk kawasan rawan gempa karena berdekatan dengan lempeng tektonik. Pada 20 November 2017 dan 5 Desember 2018, misalnya, Vanuatu diguncang gempa berskala 7 dan 7,5 Skala Richter (SR).

Gerakan Kemerdekaan Vanuatu

Orang Eropa pertama yang menemukan Vanuatu adalah Fernandez de Quiros, penjelajah asal Portugis yang bekerja untuk Kerajaan Spanyol. Pada 4 Mei 1606, De Quiros lantas menjadikan Vanuatu sebagai koloni kerajaan Spanyol kala itu. Hingga kemudian, negara ini jatuh ke tangan Prancis dan Britania Raya atau Inggris pada 1880.

Menjelang akhir 1906, tulis Felix Speiser dalam Ethnology of Vanuatu (1999), Perancis dan Britania sepakat untuk membentuk pemerintahan bersama atau kondominium yang diberi nama Hebrides Baru (New Hebrides).

Di tahun tersebut di mana negara-negara Asia yang telah merdeka, Vanuatu masih berada dalam jajahan Prancis dan Inggris. Gerakan kemerdekaan Vanuati baru muncul di tahun 1970. Hingga akhirnya, tanggal 30 Juli 1980, Vanuatu memperoleh kemerdekaan kendati masih termasuk negara Persemakmuran Inggris yang terhubung dengan Britania Raya.

Dukung Kemerdekaan Papua

Perdana Menteri Vanuatu pertama, Walter Hadye Lini (1980-1991), menyatakan bahwa kemerdekaan Vanuatu belumlah sempurna hingga seluruh bangsa dan wilayah Melanesia terbebas dari kolonialisme. Inilah asal-muasal dan alasan Vanuatu mendukung kemerdekaan Papua Barat.

Bahkan hingga saat ini Vanuatu merupakan satu-satunya negara Pasifik yang terus mensponsori penentuan nasib Papua Barat di tingkat regional dan Internasional. Pemerinthan di sana pun menuduh jika Indonesia melakukan pelanggaran HAM di Papua. Hal itu terbukti dari siding Majelis Umum PBB ke-75 tahun 2020 lalu.

Jauh sebelum itu atau tepatnya pada sidang Majelis Umum PBB ke-71 tahun 2016, Vanuatu bersama lima negara Pasifik lainnya juga menyinggung masalah yang sama. Mereka bahkan mendesak PBB untuk menyelidiki dugaan pelanggaran HAM di Papua.

Tak cukup berkoar di Majelis Umum, Vanuatu bersama Kepulauan Solomon juga mengangkat isu Papua di forum Dewan HAM PBB di Jenewa. Januari tahun 2019 silam, Vanuatu membuat geram Indonesia dengan menyelundupkan Benny Wenda dalam delegasinya ketika bertemu dengan Komisaris Tinggi HAM PBB, Michelle Bachelet, di Jenewa.

Baca Juga: Menengok 4 Lokasi Wisata Sejarah di Jakarta

Baca Juga: Belajar Sejarah bersama Komunitas Reenactor Indonesia

Baca Juga: Sejarah 30 April : Digelarnya Kongres Pemuda I