
5 Manfaat Traveling ke Hutan
oleh: galih Travel Thursday, 30 December 2021 10:00 a.m.
Mancode – Tahun 2021 segera berakhir. Banyak orang yang kini mulai menyusun resolusi di 2022. Bila Mancoders memiliki resolusi ingin hidup sehat di tahun depan, tak ada salahnya memasukkan agenda traveling ke hutan sebagai salah satu aktivitas.
Terlebih, berdasarkan banyak penelitian, hutan bisa meningkatkan kesejahteraan manusia secara menyeluruh.
“Manusia benar-benar tidak bisa hidup tanpa hutan. Inilah mengapa kita perlu mulai sadar untuk terkoneksi kembali dengan hutan. Jika kita melakukan kegiatan bisnis seperti biasa, tanpa memperhatikan environmental value, kelestarian hutan akan sulit tercapai. Maka, investasi pada alam harus dilakukan sesegera mungkin,” kata Evita Izza Dwiyanti, Strategic Partnership Manager Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI).
Untuk membangun koneksi kembali dengan hutan, Mancoders perlu tahu benefit yang bisa didapatkan dari kegiatan traveling ke hutan. Berikut 5 di antaranya:
1. Bisa berinteraksi dengan satwa liar
Salah satu keunggulan traveling ke hutan adalah bisa berinteraksi langsung dengan satwa di habitat aslinya.
Seperti pengalaman yang dialami Nadine Alexandra, Putri Indonesia 2010. Dia mendapatkan pengalaman menarik, yaitu melihat orangutan langsung di habitat alaminya. Menurut dia, mengamati orangutan di hutan dan orangutan di dalam kandang kebun binatang itu berbeda.
“Ini pengalaman berinteraksi yang luar biasa mengagumkan dan terasa dalam. Bukan interaksi dalam pengertian bisa menyentuh atau memberi makan, melainkan melihat mereka berlaku normal di habitatnya, tanpa menghiraukan keberadaan manusia,” ungkap Nadine.
ASRI menyebutkan, saat mengikuti jungle trek di hutan-hutan Kalimantan Barat, dan kalau sedang beruntung, kamu bisa melihat hewan-hewan yang dilindungi dari kejauhan, termasuk orangutan dan owa.
2. Mengasah jiwa petualang
Keuntungan kedua adalah kamu bisa mengasah jiwa petualang. Di kawasan Kalimantan Barat, misalnya, kamu bisa menemukan berbagai macam tipe ekosistem hutan, mulai dari hutan mangrove, hutan gambut, hutan dataran rendah, hingga hutan pegunungan.
Karena itu, hutan di sana menawarkan berbagai macam aktivitas, mulai dari yang ringan hingga yang ekstrem. Traveller juga bisa menemukan berbagai flora yang menarik, termasuk pohon yang diameternya hingga bermeter-meter.
Evita bercerita, di Kalimantan Barat ada empat taman nasional, dua di antaranya merupakan tempat ASRI bekerja untuk melestarikan hutan bersama pemerintah, yaitu Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.
Keduanya memberi kesempatan menjelajah hutan kepada traveller dengan keterampilan lapangan yang masih rendah hingga yang sudah tinggi. Misalnya, untuk traveler yang belum terampil trekking di hutan bisa memilih area hutan dataran rendah yang medannya cenderung mudah.
3. Ikut menyehatkan bumi
Manusia seharusnya hidup selaras dan harmonis dengan alam. Begitu Evita menegaskan. Manusia tidak bisa sehat tanpa alam yang sehat.
Sebagai contoh, ketika pohon di hutan ditebangi secara tidak bertanggung jawab demi memenuhi kebutuhan manusia, musibah banjir dan longsor terjadi di mana-mana. Manusia juga yang terkena dampak negatifnya, termasuk terkena macam-macam penyakit.
Dari pengalamannya masuk hutan, Nadine mendapatkan pelajaran berharga bahwa kesehatan manusia terkait erat dengan kesehatan bumi. Insight itu semakin jelas ketika mendengar cerita dari dr. Kinari Webb, salah satu pendiri ASRI.
Melihat pentingnya hutan bagi kesehatan semua pihak, kelestarian hutan perlu terus dijaga. Kalau ingin ikut berkontribusi, kamu bisa ikut program Adopsi Bibit yang ditawarkan sejumlah lembaga, termasuk ASRI.
Menariknya, ada program The Guardian Tree yang memungkinkan kamu memberi hadiah istimewa bagi teman yang baru punya bayi. Dengan program ini, kamu membeli bibit pohon, yang kemudian akan ditanam dan dirawat di dalam hutan. Harapannya, bayi dan bibit akan tumbuh bersama dan sama-sama memberi manfaat bagi semesta.
4. Meningkatkan kesehatan fisik
Hutan tak pernah berhenti menyediakan oksigen, yang menjadi faktor penting dalam keberlangsungan hidup manusia. Ketika kita tidak menjaga hutan hingga kemudian terjadi kebakaran, manusia yang hidup di sekitarnya pasti merugi. Mereka tidak bisa mendapatkan bahan makanan gratis dari hutan. Bahkan, orang yang hidup jauh dari lokasi kebakaran pun akan terdampak, misalnya mengalami gangguan kesehatan paru-paru.
“Kita bisa belajar banyak dari pandemi Covid-19 sekarang ini, yang diawali dari ketidakseimbangan manusia dengan alam liar, termasuk wildlife. Pandemi memberi pesan bahwa planet ini sedang sakit. Kalau kita tidak menjaga kelestarian hutan sekarang juga, di masa depan akan lebih banyak pandemi yang mungkin terjadi,” kata Evita.
Banyak studi menunjukkan bahwa bermain ke hutan akan membantu memperbaiki kondisi kesehatan, antara lain menormalkan tekanan darah, memperbaiki metabolisme, menurunkan tingkat gula darah, juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
5. Tingkatkan kesehatan mental
Selain fisik, traveling ke hutan juga bisa membuat kesehatan mental menjadi lebih baik. Seperti yang dirasakan Nadien yang tinggal di hutan beton Jakarta, main ke hutan menjadi sebuah proses recharge yang membuatnya kembali segar.
Ia merasakan, kehidupan mentalnya terpengaruh oleh kondisi perkotaan, termasuk polusi udara dan polusi suara. Pikirannya jadi cepat penat. “Aku bisa merasakan perbedaan besar dalam pikiranku. Hanya dengan menghabiskan waktu selama beberapa hari di hutan, aku seperti baru di-recharge. Aku merasakan sendiri hutan bisa membantu memulihkan kondisi mental,” katanya.
Saat berada di kota, bagi Nadine, semua terlihat penting, sehingga dia jadi stres. Namun, di belantara hutan ia justru bisa menyadari hal yang benar-benar penting dalam hidup. Inilah kenapa dia berharap bisa mengajak teman-temannya agar mereka merasakan hal yang sama.
Nadine memang tidak berlebihan. Menurut Evita, forest bathing mampu menghilangkan stres. Forest bathing, yaitu memanfaatkan seluruh panca indra saat berada di hutan, bisa membantu menghilangkan stres. “Ini membuktikan bahwa kita tidak bisa hidup tanpa hutan yang lestari. Stres yang mereda juga menunjukkan bahwa ketika kita kembali ke alam, kita merasa seperti pulang ke rumah dan merasa nyaman,” kata Evita.
Share To

galih
Dec. 30, 2021, 10 a.m.
Berita terpopuler
ARTIKEL TERKAIT LAINNYA

Menparekraf Sandiaga Uno Apresiasi Gelaran GTRA Summit 2022
70 3 weeks, 2 days ago
GTRA Summit 2022 bisa menjadi solusi kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan persoalan reforma agraria di destinasi wisata diharapkan dapat memicu kebangkitan ekonomi

Melihat Desa Wisata Pecinan Glodok yang Bernilai Storynomics Tourism
27 6 days, 17 hours ago
Desa wisata yang terletak di Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Glodok, Jakarta Barat ini merupakan salah satu desa wisata yang masuk ke dalam 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022.

Menparekraf Dukung Geowisata Batu Angus Jadi Geopark Nasional
26 2 weeks, 2 days ago
Geowisata Batu Angus yang berlokasi di Ternate, Maluku Utara ini menyuguhkan keunikan bongkahan batuan hitam bekas aliran lava Gunung Gamalama.
YOU MAY ALSO LIKE
Entertainment 1 July 2022 9:00 a.m.
Empat Fakta Baru dalam Drakor Why Her?
Entertainment 28 June 2022 12:00 p.m.
Satu Dekade Berkarya, Sabarbar Lepas EP "Ice Serut Rasa Susu Strawberry"
Technology 16 June 2022 11:00 a.m.
Lewat Kampanye “Make A Winning Move”, Lalamove Ajak Bisnis Lokal Berkembang
Entertainment 7 June 2022 14:00 p.m.