The 11th Borobudur Writes and Cultural Festival Kembali Digelar

Mancode - The 11th Borobudur Writes and Cultural Festival (BWCF) kembali digelar secara virtual pada 24-27 November 2022. BWCF merupakan forum untuk mengkaji ulang pemikiran-pemikiran penting para cendikia yang telah melakukan kajian serius dan ilmiah terhadap sejarah dan budaya nusantara kuno.

Dengan adanya forum ini, diharapkan pemikiran-pemikiran tua yang tadinya terlupakan dapat terangkat kembali dan ide-idenya dapat menjadi inspirasi segar bagi kalangan akademisi, pelaku sastra kontemporer sampai pekerja seni kontemporer.

BWCF kali ini mengangkat pemikiran (alm) Prof. Dr. Hariani Santiko, yang merupakan seorang arkeolog penting di Indonesia. Disertasinya yang dipertahankan pada 1987: Kedudukan Batari Durga Di Jawa Pada Abad X-XV Masehi adalah disertasi yang sangat langka dan ditulis dengan standart ilmiah yang tinggi.

Sebagai keynote speaker, BWCF memilih Ni Wayan Pasek Ariati Phd, yang merampungkan studi doktoralnya di Charles Darwin University, Australia dengan disertasi mengenai Durga dan dibukukan dengan judul “Journey of the Goddes Durga: India, Java and Bali”.

Turut hadir pembicara lain dari Bali, seperti Dr I Wayan Budi Utama, Dr Komang Indra Wirawan,Dr Wayan Jarrah Sastrawan, Ida Bagus Made Baskara sampai I Gde Agus Darma Putra membicarakan Durga di Bali dengan rentang jangkauan tema yang luas.

Tidak ketinggalan, pada gelaran BWCF ini turut mengundang para peneliti Durga dari India, Itali, Jerman, Perancis, Inggris, Amerika, Australia. Mereka membahas Durga dari sudut disiplin dan kajiannya masing-masing.

Dr Stephen C. Headley, penulis buku: Durga’s Mosque: Cosmology, Conversion and Community in Central Javanese Islam, misalnya membicarakan bagaimana sebetulnya tanpa disadari sisa-sisa pemujaan Durga di masa lampau di Jawa Kuno masih meresap sampai sekarang dalam ritual-ritual tradisi Jawa sehari-hari di kraton dan pedesaan Jawa.

Hadir pula pembicara lain seperti Dr Bihani Sarkar dari India akan membicarakan kultus Durga di India kuno, Prof Tapati Guha-Thakurta dari India membahas kultus Durga atau Durga Puja di Kalkuta di era modern ini.

Dr Ambra Calo dari Itali membahas perspektif Tantrayana pada pemujaan Durga di Bali kuno. Dr Lydia Kieven dari Jerman juga mencoba melihat adakah unsur Durga dalam relief-relief Panji di Jawa Timur, dan Cecelia Levin, PhD dari Amerika akan membahas mengenai relief-relief Ramayana di Prambanan.

Selain rangkaian diskusi, bedah buku, lecture, dan sesi meditasi, BWCF juga secara spesial dalam festival kali ini menampilkan Durga Dance Film festival. Para pemirsa dapat menyaksikan di kanal YouTube Borobudur Writers and Cultural Festival.

BWCF juga mengundang sembilan koreografer, terrmasuk dari Thailand, Singapura, Malaysia menafsirkan tema Durga. Mereka membuat karya dengan mengambil lokasi situs-situs yang berkaitan dengan Durga yang ada di daerahnya masing-masing, apakah itu candi-candi, pura-pura atau kuil-kuil.

BWCF beranggapan disertasi Hariani Santiko merupakan hal penting. Dari Candi Prambanan ini, BWCF berharap semoga kerja-kerja besar intelektual Indonesia berkaitan dengan heritage nusantara seperti yang dilakukan ibu Hariani Santiko ini bisa terus dibaca ulang dan menghasilkan karya-kaya kreatif lain.

Baca Juga: Pustaka Bergerak Ikut Ramaikan Jakarta International Literary Festival

Baca Juga: Indonesia Kaya Rilis Episode 4 Serial Musikal Payung Fantasi

Baca Juga: Musim Seni Salihara Tampilkan Interaksi Tubuh dan Ruang Josh Marcy